Pewarta : REDAKSI | Editor : RYAN S KAHMAN
“Akibat kondisinya tersebut, kini Cucu cuma bisa terkulai di tempat tidur. Padahal sebelum mengalami efek samping mengonsumsi obat tersebut, Cucu berkisah bisa beraktivitas dengan normal kendati ia memang tak bisa tertidur”
BANDUNG BARAT | SEORANG Warga Kampung Warung Jati, RT 02/10, Desa Ciptagumati, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencuri perhatian lantaran mengaku tak bisa tidur seperti orang pada umumnya selama bertahun-tahun.
Cucu, wanita berusia 45 tahun itu mengaku sejak 2014 ia mulai kehilangan rasa kantuk hingga akhirnya tak lagi bisa tidur. Bahkan Cucu sudah mengonsumsi obat dari rumah sakit di daerah Cikalongwetan demi membantunya bisa tidur.
Awalnya memang ada khasiatnya, namun lama kelamaan Cucu memutuskan tak lagi mengonsumsi obat tersebut lantaran tak merasakan khasiatnya. Ditambah ia juga menyebut malah merasa ketergantungan akan obat tersebut.
Kondisi yang dialaminya membuat Cucu menjadi lebih sensitif. Ia kerap menangis meratapi nasibnya yang mengalami perubahan drastis. Hal itu juga membuatnya terbatas dalam menjalani kesehariannya.
“Sedih, setiap malam suka nangis kalau lagi ingat kondisi saya seperti ini. Enggak nyangka bakal jadi begini,” ungkap Cucu kepada awak media, Kamis (02/09).
Tak banyak yang bisa dilakukannya. Cucu hanya bisa merenung kendati ia berusaha keras memejamkan mata agar bisa terlelap. Namun semuanya sirna lantaran ia lebih sering merasa cemas dan gelisah.
“Enggak tahu juga apa yang dipikirkan, tapi yang jelas saya gelisah kalau tidur. Ya paling saya dzikir sambil baca-baca doa biar tenang setiap malam. Padahal sebelum seperti ini, dulu masih bisa jalan-jalan ke rumah saudara dan tetangga meskipun enggak bisa tidur,” jelas Cucu.
Kesaksian serupa diutarakan sang anak, Fani Fadilah. Setiap malam, di kala ia dan anggota keluarganya yang lain terlelap tidur, sang ibu hanya bisa bergerak-gerak dengan mata terjaga sepanjang hari. Selama bertahun-tahun ia menyaksikan hal memilukan tersebut.
“Setiap malam saya lihat ibu melek terus, badannya gerak-gerak. Suka sedih soalnya saya sama kakak dan saudara bisa tidur tapi ibu cuma bisa melek,” terang Fani.
Ia berharap sang ibu bisa sembuh dan penderitaannya tak bisa tidur selama bertahun-tahun bisa sembuh.
“Inginnya seperti dulu lagi, bisa normal. Kasihan kalau begini terus, badan ibu juga jadi kurus soalnya enggak tidur-tidur,” jelas Fani.
Idap Sejumlah Gejala
Banyak hal yang dirasakan Cucu selama mengidap kondisi tersebut. Yang paling kentara yakni perasaan resah dan gelisah setiap ia hendak memejamkan mata. Karena perasaan itu pula akhirnya ia kesulitan terlelap.
“Kalau mau tidur itu gelisah, paling bisa tidur hanya dua jam atau tiga jam, terus bangun lagi. Tapi sekarang sudah enggak bisa tidur sama sekali,” ungkap Cucu kepada detikcom, Kamis (02/09).
BACA JUGA :
Cegah Penyebaran Covid-19, Polisi Bagikan Masker Gratis Untuk Warga Dimasa PPKM
Kian hari kondisinya kian mengalami penurunan. Malam hari tak jarang ia merasakan sakit kepala yang teramat menyiksa. Saking tak kuatnya, Cucu bahkan sampai muntah.
“Suka muntah kalau lagi pusing, jadi kerasa banget pusingnya. Ya biasanya langsung minum obat kalau lagi kerasa,” terang Cucu.
Kian hari Cucu makin ketergantungan akan obat untuk membantunya menghilangkan cemas agar bisa tidur. Selama setahun penuh ia terus diberikan obat tersebut oleh rumah sakit. Hingga akhirnya ia berhenti mengonsumsi obat tersebut setahun kemudian lantaran tak merasakan lagi khasiatnya.
“Karena semakin kesini obatnya engga mempan lagi. Jadi dosisnya ditambah. Setahun penuh sejak berobat itu dikasih obat tidur tapi malah badan saya jadi gerak-gerak sendiri di bagian kaki sama kepala. Karena kan itu obat keras,” ucap Cucu.
Akibat kondisinya tersebut, kini Cucu cuma bisa terkulai di tempat tidur. Padahal sebelum mengalami efek samping mengonsumsi obat tersebut, Cucu berkisah bisa beraktivitas dengan normal kendati ia memang tak bisa tertidur.
“Kalau sekarang mau jalan juga malah jadi miring badannya. Kalau duduk juga terus gerak-gerak, malah sakit. Pinggang sekarang sering sakit, soalnya tidur terus,” ucap Cucu.
Cerita mencengangkan terselip saat Cucu menjalani pengobatan di RS Santosa. Untuk melakukan scanning, ia harus menerima bius agar tertidur. Dua kali dibius, ternyata tak ada efeknya sama sekali. Memang tubuh Cucu bisa berhenti bergerak, namun matanya tetap tak bisa tertidur.
“Kemarin baru ke (RS) Santosa, discan kepalanya. Hasilnya belum keluar. Ia sempat dibius, tapi enggak mempan. Dokter juga sampai bingung kenapa bisa seperti ini. Katanya mereka juga baru dapat pasien seperti saya,” jelas Cucu. ***