KAB. BEKASI – SINFONEWS.COM
Petani di Desa Sukamanah, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi memanfaatkan kedatangan calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk berkeluh kesah.
Di daerah tersebut, sistem ijon sudah menjadi momok menakutkan bagi kehidupan petani dan buruh tani setempat.
Nesih (65) misalnya, mengaku memperoleh pendapatan tidak seberapa dari hasil panen padi di sawah kecilnya. Area pesawahan miliknya dikelola dengan sistem ijon sejak beberapa tahun ini.
“Saya mah kalau panen kadang dapat, kadang enggak. Soalnya, sistem di sini pakai sistem ijon. Petani mengambil uang dulu buat biaya makan sehari, nanti bayarnya pakai padi. Ada sisa sih, tapi gak seberapa,” katanya, Selasa (13/3/2018) di hadapan Dedi Mulyadi.
Keluhan tersebut langsung dijawab oleh mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut. Kata dia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus menyediakan kebutuhan beras untuk petani sebelum masa panen tiba.
Tidak berhenti sampai di situ, beras hasil panen pun harus menjadi bagian pekerjaan pemprov untuk membelinya. Sehingga, para petani dan buruh tani tidak lagi tercekik dengan sistem ijon tersebut.
“Kalau petani seperti Mak Nesih ini kapan untungnya coba?. Sehari-hari pergi ke sawah tapi buat makan saja berhutang. Saat panen tiba, padinya dipakai bayar hutang. Pemprov Jawa Barat harus hadir baik mengurusi mereka,” katanya.
Kondisi tanaman padi milik Nesih yang kini terserang hama keong mas semakin memperparah keadaaan ekonominya.
Hama keong mas juga merusak tanaman padi milik Amin (45). Kondisi tersebut sebenarnya sudah ia tangani secara pribadi. Namun, keganasan keong mas tersebut ternyata bukan tandingan obat hama biasa.
“Dikasih obat sudah, saya sampai ambilin itu keong satu-satu tapi sulit juga. Saya minta solusinya kang,” ungkap Amin.
Gerakan ambil keong mas di sawah menjadi solusi yang muncul dari Dedi Mulyadi. Setelah terkumpul, keong tersebut kemudian dibeli dari masyarakat petani.
“Ya sudah, ini bisa dikoordinir sama kepala dusun dan teman-teman. Kita bangun gerakan membersihkan keong di sawah. Nanti, kita beli dengan harga Rp5 ribu per kilogram dari warga,” kata Dedi.
Proses mengambil keong secara manual menurut Dedi, dalam rangka meminimalisir penggunaan obat kimia. Sebagaimana diketahui, semakin sering digunakan, obat kimia akan semakin menurunkan kualitas unsur hara dalam tanah.
“Jadi, gak usah sumprat semprot lagi, tinggal ambil saja,” ujarnya.
Sebelum menggelar gerakan ambil keong mas di sawah, Dedi Mulyadi berkonsultasi kepada Panwaslu setempat. Pasalnya, kapasitas Dedi kini sebagai calon wakil gubernur yang harus taat aturan.
“Kita konsul dulu, boleh gak beli keong dari masyarakat. Ternyata boleh, ya sudah kita jalankan. Ini semata-mata untuk menyelesaikan masalah buruh tani di sini,” pungkasnya. *Sied