Scrool Untuk Membaca
banner 325x300
banner 970x250
Politik

Jelang Pilkada Kabupaten Bandung 2020, Waspadai Politik Playing Victim

3
×

Jelang Pilkada Kabupaten Bandung 2020, Waspadai Politik Playing Victim

Sebarkan artikel ini
Hj. Vera Iriani, S.I.P Politisi Partai Golkar Jawa Barat @2020SINFONEWS.com
banner 325x300

Laporan : NINA SUSANTI   I  Editor : RYAN S KAHMAN

“Bila si kutu loncat ini ternyata berhasil memenangkan kontestasi, bisa jadi akan berpotensi ditiru oleh kader lainnya untuk ikut berkhianat dari partai tempatnya bernaung”

SINFONEWS  I  BANDUNG – ETIKA politik tidak dapat di pungkiri sangat identik dengan moral dari para pelaku politik. Pelaku elite politik menjadi teladan dan panutan bagi masyarakat. Tapi dalam kenyataannya saat ini terjadi pertarungan kekuatan elite politik untuk mewujudkan kepentingn pribadi atau kelompok yang harus di capai meskipun dengan cara mengabaikan prinsip prinsip nilai etika dan moral bahkan terkadang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

banner 325x300

Fenomena politisi melompat pagar berpindah dari satu partai ke partai politik lainnya merupakan lagu lama dan sesuatu yang lazim dalam panggung politik Indonesia pasca reformasi atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘kutu loncat’.

Langkah zigzag para politisi ini didasarkan pada argumentasi yang beragam. Bahkan, publik melihat fenomena tersebut pada dua sisi yang berbeda.

Apakah mereka mempertahankan idealismenya atau justru memaksakan pragmatismenya di partai politik?

Menurut Hj. Vera Iriani, S.I.P salah seorang Politisi Partai Golkar Jawa Barat mengatakan  kecenderungan terbesar orientasi dan motivasi kutu loncat ialah kekuasaan, sehingga sebagian besar mengarah pada sikap pragmatisme dan oportunisme.

“Dengan kata lain, partai politik dijadikan kendaraan menuju kekuasaan dan keuntungan semata,” ujar Vera saat ditemui di kediamannya, Rabu (29/07)

Dikatakannya, salam riuh rendahnya kontestasi politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), tentu akan memunculkan sebuah dagelan bila ada politisi yang rela mengganti jaketnya dengan warna lain hanya untuk memuluskan orientasi pragmatisnya. Menurutnya secara sederhana, politikus kutu loncat ini tak peduli apakah ia mendapat restu atau tidak dari partainya.

Ia akan terus bermanuver mencari celah dari partai lain yang bisa disusupi untuk menjadi kendaraan politiknya agar dapat melenggang menuju singgasana. Kondisi ini disebabkan sikap partai politik yang tidak tegas atau terlalu melebarkan pintu masuk bagi pendatang tanpa melihat potensi kader partai yang sudah berkarir sejak lama.

“Praktik perpindahan kader dari satu partai politik ke lainnya, memunculkan pertanyaan mengenai loyalitas dan ideologi politik yang dianut. Karena belum tentu partai politik baru yang ia masuki memiliki kesamaan ideologi,” tambahnya

Vera menambahkan tak jarang yang menjadi kutu loncat merupakan kader unggulan partai yang tentunya akan sangat merugikan partai politik yang ditinggalkan. Hilangnya kader menjanjikan, tentu memutuskan rangkaian proses kaderisasi yang sudah dilakukan dalam kurun waktu lama, jejaring yang sudah dibangun pun akan ikut luruh.

“Alhasil, para kutu loncat tetap lestari dan berkembangbiak pada setiap pertarungan di perhelatan Pilkada tingkat Provinsi maupun Kota/Kabupaten,” tutur Vera

Apalagi lanjutnya,  bila si kutu loncat ini ternyata berhasil memenangkan kontestasi, bisa jadi akan berpotensi ditiru oleh kader lainnya untuk ikut berkhianat dari partai tempatnya bernaung.

“Sehingga kesetiaan menjadi harga mahal yang harus dibayar bagi para kutu loncat,” terangnya.

Secara keilmuan, politik bisa diartikan sebagai suatu rangkaian asas, teknik atau bisa dikatakan seni dalam mencapai tujuan dan cita – cita kekuasaan. Berbicara mengenai politik, tentunya kita akan mengenal berbagai macam istilah politik yang mengacu pada strategi – strategi dan taktis dalam merebut kekuasaan.

“Ibarat perang, strategi sangatlah dibutuhkan agar pencapaian tujuan jadi lebih terarah dan terukur,” lanjutnya

Mengikuti perkembangan politik di dalam negeri, khusus jelang Pilkada Kabupaten Bandung sebetulnya antara menggelikan, menggemaskan dan sekaligus menjengkelkan. Memang politik di Indonesia menghalalkan segala cara, bahkan dengan cara yang kita anggap konyol.

Salah satu taktik politik yang digunakan para politikus jago kandang ini adalah’playing victim’, berakting seolah olah menjadi korban kezaliman kubu lawan.

“Cara ini dianggap cukup efektif untuk menarik simpati masyarakat, terutama untuk meraih dukungan menuju Pilkada Kabupaten,” ujarnya

Sungguh politik “playing victim’ ini tidak mengenal etika. Apalagi jika dijalankan pada saat kondisi nasional tengah berduka karena bencana alam yang dahsyat. Tetapi politikus Indonesia seakan tidak mempunyai nurani, yang penting berhasil mencari celah untuk menjatuhkan lawan.

“Tehnik ini masih sangat populer dan sering di gunakan bagaimana mengemas sebuah situasi agar kelemahan dia tertutupi dengan mendongkrak sisi baik yang di miliki sebaliknya juga pihak lawan menguatkan sisi lemah kita dengan menutupi semua kebaikan yang kita lakukan,” terangnya

Satu hal penting yang harus kita sadari adalah tidak ada yang kebetulan dalam dunia politik. Bisa jadi, beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini, merupakan hasil rancangan atau design politik guna menggiring opini masyarakat.

Mengenai kita menyadarinya atau tidak, semua itu tergantung pada daya kritis kita sebagai masyarakat, yang kerap dijadikan objek permainan wacana.

“Apakah kita mampu membacanya sebagai bagian dari skenario penggiringan opini, atau kita mampu melawannya dengan melakukan counter issue dan tidak terjebak pada framing wacana tersebut,” ungkapnya

Dalam sebuah pepatah disebutkan bahwa siapapun yang berhasil menguasai informasi, maka dia akan menguasai dunia. Maka dari itulah, kesadaran kolektif dalam menyikapi setiap informasi sangatlah dibutuhkan khususnya bagi kita masyarakat awam yang selalu menjadi objek penggiringan opini oleh elit – elit politik yang memiliki ambisi kekuasaan. (***)

Print Friendly, PDF & Email
banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *