Laporan : REDAKSI I Editor : RYAN S KAHMAN
“Ketika sadar jatuh di jalan aspal, saya mencari bus, karena tidak kelihatan di jalan. Apakah bus nabrak tiang listrik atau tidak? Saya tidak tahu. Kelihatannya nabrak kabel listrik. Sebab, saya melihat banyak kabel listrik berserakan di jalan. Bahkan ada yang konslet, saya melihat ada percikan cahaya listrik,” ujar Saepul.
SINFONEWS I SUMEDANG-TRAGEDI kecelakaan maut di Sumedang, Jawa Barat, Rabu, 10 Maret 2021, diduga kuat disebabkan akibat rem blong.
Bus pariwisata Sri Padma Kencana masuk jurang sedalam 20 meter di tanjakan Cae, Kampung Kawungluwuk RT 01/RW 6, Dusun Cilangkap, Desa Sukajadi, Kecamatan Wado.
Rem blong penyebab kecelakaan bus di Sumedang, diungkapkan langsung oleh salah seorang korban selamat yang masih dirawat di IGD RSUD Sumedang, Saepul Hadi (33).
Korban warga Perumahan RS Sidodadi Blok D No. 84, Kelurahan Pasirkareumbi, Kecamatan Subang Kota, Kabupaten Subang.
“Detik-detik sebelum kejadian saat bus meluncur kencang tak terkendali di turunan tajam Cae, sopir panik dan bilang ‘rem blong, rem blong’. Kata kernet, ‘tenang-tenang’. Jadi bus masuk jurang ini, memang akibat rem blong. Sebab, sopirnya sendiri yang bilang begitu,” ujar korban selamat Saepul Hadi (33).
Ia yang masih tergolek lemas di ruang IGD RSUD Sumedang, menceritakan lebih jauh kronologis kejadian kecelakaan maut tanjakan Cae yang hingga kini menelan 29 korban jiwa.
Saepul mengungkapkan, dia mengaku tahu betul kondisi rem blong dengan kepanikan sopir dan kernetnya.
Pasalnya, posisi duduknya paling depan di tengah antara sopir dan kernet. Bahkan ia tahu dan melihat langsung, posisi RPM serta spidometer bus itu.
BACA SELANJUTNYA : Presiden Jokowi Pecat Pejabat Pertamina Tamparan Halus Buat Menteri BUMN
“Awalnya normal dan tidak ada tanda-tanda akan terjadi kecelakaan itu. Saat itu kecepatan normal 40 km/jam. Namun, ketika bus rem blong dan sopir panik, laju bus semakin kencang di turunan Cae. Saat bus melaju kencang tak terkendali, RPM terus naik hingga mencapai 4.000. Kecepatan pun terus naik dari kondisi normal 40 km/jam, naik terus hingga 60 km/jam, naik lagi 70 km/jam dan terus naik lagi. Walaupun sopir sempat menggunakan rem tangan, laju bus tetap makin kencang tak terkendali,” katanya.
Ketika bus melaju kencang tak terkendali seolah-olah meluncur tajam di turunan Cae, kata dia, bus oleng ke kiri dan kanan jalan.
Kondisi jalan saat itu, kering atau tidak ada hujan. Akan tetapi, jalanan gelap. Kelihatannya tidak ada lampu penerangan jalan umum (PJU).
“Saat bus oleng dan meluncur kencang, semua penumpang termasuk saya sangat panik. Suasana di dalam bus, ramai mencekam. Dalam kondisi panik saya pasrah akan takdir. Saat itu, saya memegang erat tiang besi bus,” tutur Saepul.
Tanpa menyadari bus masuk jurang, kata dia, tahu-tahu ia sudah terjatuh ke jalan aspal bersama seorang korban lainnya, tanpa tahu lewat jalan mana.
Bahkan ia pun tidak merasa melompat dari bus. Antara sadar dan tidak, saat itu ia merasa ada yang menarik ke luar bus.
“Ketika sadar jatuh di jalan aspal, saya mencari bus, karena tidak kelihatan di jalan. Apakah bus nabrak tiang listrik atau tidak? Saya tidak tahu. Kelihatannya nabrak kabel listrik. Sebab, saya melihat banyak kabel listrik berserakan di jalan. Bahkan ada yang konslet, saya melihat ada percikan cahaya listrik,” ujar Saepul.
Ia mengatakan, dia ikut dalam rombongan ziarah karena ia yang mencari busnya. Busnya dari PO Sri Padma Kencana dari Kalijati Subang.
“Bahkan kernetnya bilang, kampas remnya baru diganti. Makanya tidak diduga, remnya blong saat di turunan Cae,” ucapnya.
Ketika ditanya kegiatan ziarah, Saepul mengaku tidak tahu pasti. Sebab, ia di luar rombongan SMP IT Al-Muaa’wanah dan juga bukan panitia. Dia hanya bertugas mencari bus tersebut dan ikut perjalanan saja.
“Yang saya tahu, hari pertama ziarah ke Garut lalu ke Pamijahan Tasikmalaya. Nah, hari kedua ke Pangandaran. Setelah itu, langsung pulang,” katanya.
Menurut dia, akibat kecelakaan itu, dirinya mengalami patah tulang paha kiri serta ketiga jari tangan kanan. (***)