Sadar atau tidak, kata dia melanjutkan, pemilu ini masih sekedar dimaknai sebagai memilih pemimpin tetapi lebih daripada itu. Sehingga ia menilai bahwa kontestasi dalam demokrasi tersebut, sebetulnya tidak hanya sekedar memilih, akan tetapi bagaimana mewujudkan cara bermasyarakat yang berwibawa, berintegritas ataupun yang bermartabat ketika pemikiran itu sudah dapat diwujudkan.
“Jadi saya kira politik transaksional itu bisa kita minimalisir, dan sebagai organisasi kepemudaan juga, KNPI harus berperan aktif dalam menjaga keberlangsungan pesta demokrasi. Oleh karena itu, kami sebagai para pemuda di DPD KNPI Kabupaten Karawang ini menyatakan bahwa proses pemilu tersebut harus lah dikawal dan terus ditumbuhkan lebih baik lagi untuk tingkat kesadaran masyarakat dan pemudanya,” tuturnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pihak panitia pelaksana kegiatan Simposium tersebut juga rupanya turut menghadirkan seorang narasumber akademisi terkemuka, yakni Ketua Dekan Kampus UIN Sunan Gunung Jati Bandung, Prof. Dr. Fauzan Ali Rasyid, M.Si,.
Dalam kesempatan itu, Fauzan Ali pun turut menyampaikan pemahaman politik di Indonesia masih banyak kesenjangan yang terjadi. Utamanya kesenjangan pemahaman politik yang ia lihat untuk saat ini, yaitu pemahaman politik yang hanya dimiliki oleh para peserta pemilu dan partai politik saja, akan tetapi untuk masyarakatnya sebagai konstituennya pada kalangan milenial hingga Gen-Z itu seperti tidak terlalu memahami dunia politik dan panggung politiknya.
“Jadi yang saya lihat dikalangan anak muda dan masyarakat saat ini, saya nilai mereka itu seperti tidak terlalu memahami politik, dan terkadang yang mengerti serta yang memahaminya itu hanya bagi para peserta serta parpol-parpol saja yang selalu berbicara soal urusan perpolitikan di negeri ini. Maka agar masyarakat dan anak muda memahami konteks politik di Indonesia ini, saya kira sudah sepantasnya kalau kita berdiskusi untuk menyamakan jajak pendapat guna menjembatani kesenjangan tersebut,” paparnya. ***