Pewarta : SUPRIATNO/SINUNG RESTENDY | Editor : RYAN S KAHMAN
“Dampak negatif dari konstruksi dibangun media dan entertainment jika tak ada pengawalan Komisi Penyiaran Indonesi, menjadikan masyarakat cenderung lebih mempercayai kepada mitos”
YOGYAKARTA | MASYARAKAT Asia mempercayai TV sebagai media dominan sarana promosi iklan dan belanjanya, mengingat aksesnya yang murah dan mudah didapat.
Mengacu regulator konten media atau televisi, memicu tantangan standar kualitas konten TV yang mengharuskan otoritas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) penting menjaga dan merawat siaran TV secara baik. KPI, pula berperan menjadi pendamping penonton untuk dewasa dan edukatif.
Dampak negatif dari konstruksi dibangun media dan entertainment jika tak ada pengawalan Komisi Penyiaran Indonesi, menjadikan masyarakat cenderung lebih mempercayai kepada mitos.
Hasil diseminasi indeks kualitas program siaran televisi periode pertama tahun 2023 Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, melibatkan, dosen, praktisi, akademisi,dan jurnalis menyebut, melalui pengawalan KPI, masyarakat tercerdaskan oleh konten siaran TV yang terus dievaluasi, Senin 12 Juni 2023
Komisi Penyiaran Indonesia, sejak tahun 2010 menjalin kemitraan dengan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
BACA JUGA : Pelaku UMKM Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah Saat Karnaval SCTV
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat, Ubaidilah, mengapresiasi kerjasama dibangun Komisi Penyiaran Indonesia dengan Perguruan Tinggi.
Televisi masih diminati publik, hingga karenanya, konten-konten mitos, drama, action harus terus dilakukan pengawalan, sehingga hal negatif yang timbul tidak ditiru masyarakat luas.
Dalam memandang tayangan religi, mitos, dan semacamnya, terbangun model penafsiran rasional dan tafsir mitos yang terkadang berbenturan di dunia siaran.
Kondisi itu meyakinkan KPI, untuk terus membangun kemitraan dengan sejumlah perguruan tinggi, satu diantaranya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
“Guna meminimalisir tafsir kebencian sebuah konten siaran televisi, cinta kasih, dalam tradisi, budaya serta keagamaan harus terus dirawat oleh KPI,” kata Sodik Dekan Fishum. ***