Pewarta : RUDI ‘BOY’ RUSYANA | Editor : RYAN S KAHMAN
“Ibu Bupati selalu minta dibuatkan opor ayam saat lebaran. Memang saya juga diminta untuk memasak menu lainnya, namun yang utama kan harus selalu ada tetaplah opor ayam,” ungkap Teh Juju
PURWAKARTA | HAMBAR rasanya kalau tak ada hidangan opor ayam di meja makan saat perayaan lebaran. Tak lengkap berlebaran tanpa menyantap opor ayam.
Pernyataan-pernyataan semacam itu mungkin sudah menjadi ungkapan umum sebagian besar masyarakat muslim nusantara saat merayakan Hari Raya Idul Fitri, hari merayakan kemenangan.
Ya, opor ayam sudah identik sebagai salah satu menu utama hidangan lebaran. Hidangan itu akan semakin lengkap jika dipasangkan dengan ketupat, rendang, sambal goreng kentang atau sambal goreng telur. Hidangan favorit yang mampu menggugah selera siapa saja, dimana saja. Opor ayam dan lebaran memang seolah menjadi duet maut yang tak terpisahkan.
Sama seperti masyarakat muslim diberbagai daerah lainnya di Indonesia, opor ayam juga selalu menjadi hidangan favorit bagi masyarakat yang merayakan lebaran di Purwakarta, termasuk bagi orang nomor satunya, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika.
Pada Hari Raya Idul Firi 1444 H ini, Bupati Anne tetap memastikan opor ayam harus selalu terhidang di meja makan bersanding dengan ketupat dan lainnya, seperti rendang, sambal goreng telur dan kentang. Namun ada syaratnya. opor ayam yang dihidangkan haruslah opor ayam made in Jubaedah (49), asisten rumah tangga sekaligus “sang koki” favoritnya.
Racikan resep rahasia olahan jari terampil Teh Juju, demkian Jubaedah biasa dipanggil, memang luar biasa. Opor ayam buatannya tampaknya tak bisa tergantikan dengan menu lainnya. Sangatlah layak jika olahan itu jadi menu rahasia favorit Bupati Anne saat lebaran.
“Ibu Bupati selalu minta dibuatkan opor ayam saat lebaran. Memang saya juga diminta untuk memasak menu lainnya, namun yang utama kan harus selalu ada tetaplah opor ayam,” ungkap Teh Juju.