Scrool Untuk Membaca
banner 325x300
banner 970x250
Jawa Barat

Paham Tentang Desa Dan Peradaban Sungai Citarum, Warga Ciparay Minta Saran Dedi Mulyadi

4
×

Paham Tentang Desa Dan Peradaban Sungai Citarum, Warga Ciparay Minta Saran Dedi Mulyadi

Sebarkan artikel ini
banner 300x250

KAB. BANDUNG, SINFONEWS.COM

Ribuan warga Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung menyambut kedatangan calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Tokoh yang berhasil mengolah desa dan peradaban Sunda di Purwakarta tersebut hadir bersama tim kesenian yang dia pimpin, Sabtu (13/1) malam.

Kehadiran Bupati Purwakarta dua periode tersebut menghidupkan antusiasme warga desa setempat. Terlebih, desa yang telah ada sejak Tahun 1883 tersebut sedang memperingati hari jadinya yang ke-135.

Kepala Desa Gunung Leutik, Agus Hamdani mengatakan pihaknya menerima masukan dari para tokoh masyarakat agar mengundang Dedi Mulyadi. Permintaan ini bukan tanpa sebab. Mereka menilai Dedi berhasil membangun dengan di Purwakarta dengan kekhasan peradaban Sunda.

“Saya terima kasih kepada Kang Dedi yang berkenan hadir dan mengisi acara di desa kami. Ini keinginan masyarakat yang harus saya respon sebagai kepala desa,” katanya.

Berita Lainnya :  Dedi Mulyadi Wujudkan Mimpi Seorang Anak Dari Cianjur

Tokoh di desa tersebut ternyata memiliki maksud lain dalam mengundang salah satu kader terbaik Nahdhatul Ulama tersebut. Kata Agus, tokoh masyarakat Desa Gunung Leutik meminta sumbang saran dan pemikiran dari Dedi Mulyadi tentang pengelolaan lingkungan. Selain itu, Dedi juga diminta berpartisipasi dalam historiografi (penulisan sejarah) desa itu.

“Kita memiliki situs Batu Cula, ini berkaitan dengan sejarah desa. Kita juga memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan yaitu Citarum. Kang Dedi kebetulan memiliki pemikiran juga tentang itu. Kami ingin mendengar dan bersama-sama melaksanakannya,” jelasnya.

Citarum Ikon Peradaban Sunda

Di hadapan sekitar 11 ribu pasang mata, Dedi Mulyadi menjelaskan pentingnya pengelolaan lingkungan, terutama Sungai Citarum. Ia menilai, Sungai Citarum merupakan ikon peradaban masyakat Sunda.

“Hulu Citarum harus terjaga dengan baik. Jika tidak ada Citarum, maka tidak ada peradaban masyarakat Sunda. Tidak ada Purwakarta, tidak ada Bekasi dan tidak ada Karawang. Tidak akan pernah ada puluhan ribu hektar sawah itu,” ungkapnya.

Berita Lainnya :  Pra Musrenbang RKPD Dapil I Kabupaten Karawang Tahun 2020 Di Tegal Waru Diwarnai Kekecewaan Legislator

Konsep penataan Sungai Citarum menurut Dedi tidak bisa terfokus pada ketersediaan anggaran. Meskipun, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki anggaran sebesar Rp35 Triliun untuk itu. Masalah lingkungan di sungai terpanjang di Jawa Barat itu menurut dia, hanya bisa terselesaikan dengan mendorong partisipasi masyarakat sekitar.

“Masyarakat bisa diajak dan kita jadikan penjaga hulu Sungai Citarum dan hutan di sekitarnya. Mereka bisa diangkat oleh pemerintah sebagai Tenaga Harian Lepas (THL). Anak-anaknya, kita ajarkan Ilmu Kepariwisataan. Masalah Citarum tidak akan selesai dengan hanya mengeruk sungai,” pungkasnya (RyaSKa)

banner 1000x300
banner 1000x300