Scrool Untuk Membaca
banner 325x300
banner 970x250
Purwasuka-Bekasi

Rekor Muri Tergapai, Nasi Tumpeng Jadi Korban

58
×

Rekor Muri Tergapai, Nasi Tumpeng Jadi Korban

Sebarkan artikel ini
Nasi tumpeng yang dibuang usai p[emecahan rekor Muri@2024SINFONEWS.com
Nasi tumpeng yang dibuang usai p[emecahan rekor Muri@2024SINFONEWS.com
banner 300x250

“Kontroversi ini menjadi sorotan utama, mengundang diskusi tentang bagaimana acara besar seharusnya lebih memperhatikan aspek sosial dan kemanusiaan, bukan hanya mengejar prestasi atau rekor”

SINFONEWS.com, KARAWANG | PERINGATAN Hari Jadi Kabupaten Karawang yang ke-391 digelar meriah dengan rekor MURI peta terbesar dari nasi tumpeng pada Sabtu 14 September 2024.

Acara ini berlangsung di depan Plaza Pemda Karawang, menampilkan sekitar 1702 nasi tumpeng berbentuk peta Kabupaten Karawang.

Namun, perayaan tersebut menyisakan kontroversi. Banyak pihak menilai bahwa sebagian besar nasi tumpeng yang disajikan akhirnya terbuang sia-sia, sebuah tindakan yang dianggap mubazir di tengah realitas kemiskinan di Karawang.

Menyoroti bagaimana nasi tumpeng yang dibiarkan terlalu lama di lapangan menjadi basi dan tidak layak konsumsi. Padahal nasi sebagai makanan pokok sehari-hari masyarakat.

Kritik datang dari berbagai lapisan masyarakat, salah satunya dari seorang tokoh agama dari Cilamaya yaitu ustadz Mugni.

Berita Lainnya :  Ratusan Kasus TPPO Diungkap Polri, Modus Terbanyak Jadi PMI Ilegal hingga PSK

“Astagfirullah, ngebelain rekor MURI, nasi tumpeng sampai dibuang-buang begitu,” ungkapnya prihatin.

Lanjut Ustadz Mugni, masyarakat saat tahlilan ada nasi tumpeng berebut. Ini hanya untuk dinilai membiarkan nasi tumpeng sampai tidak bisa dimakan.

Hal senada dikatakan oleh salah seorang tokoh masyarakat bernama Asep Saepudin.

“Masih banyak masyarakat yang susah cari makan. Ini pada momen HUT Karawang malah memubazirkan makanan,” kata Asep.

Sementara itu, Ali Age, seorang tokoh pemuda Desa Sumurgede Cilamaya Kulon mengungkapkan kekecewaannya dengan menegaskan bahwa acara tersebut mencerminkan ketidakpekaan pemerintah terhadap situasi masyarakat miskin.

“Tindakan membuang makanan dalam jumlah besar sangat tidak pantas, terutama ketika banyak warga yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka,” tegasnya.

Kontroversi ini menjadi sorotan utama, mengundang diskusi tentang bagaimana acara besar seharusnya lebih memperhatikan aspek sosial dan kemanusiaan, bukan hanya mengejar prestasi atau rekor. ***

Berita Lainnya :  Bupati Purwakarta Pastikan Stok Bahan Pangan Aman di Era New Normal

 

banner 1000x300
banner 1000x300