Scrool Untuk Membaca
banner 325x300
banner 970x250
Jawa Barat

Tajug Gede Cilodong Gunakan Kultur Jawa Barat Sebagai Penegas Identitas

1
×

Tajug Gede Cilodong Gunakan Kultur Jawa Barat Sebagai Penegas Identitas

Sebarkan artikel ini
Tajug Gede Cilodong Gunakan Kultur Jawa Barat Sebagai Penegas Identitas
banner 325x300

PURWAKARTA, SINFOnews.com

“Ukiran tersebut terbuat dari kayu jati pilihan dan sengaja didatangkan dari Gunung Jati Cirebon”

banner 325x300

KABUPATEN Purwakarta memiliki ikon baru di dunia religi Islam. Ikon tersebut bernama Tajug Gede Cilodong. Tajug dalam bahasa Sunda bermakna Masjid, sementara Gede bermakna besar. Sesuai namanya, masjid ini terletak di sebuah area tanah seluas 10 hektar. Satu hektar digunakan untuk masjid dan sisanya untuk fasilitas penunjang.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Tajug Gede Cilodong, Dedi Mulyadi menjelaskan ihwal filosofi di balik pembangunan masjid tersebut. Menurut dia, nama daerah dipilih menjadi nama masjid sebagai penegas unsur kultur lokal. Dia berujar ingin mengikuti kebiasaan para kiai sepuh Nahdlatul Ulama. Mereka memiliki kebiasaan menamai pesantren dengan nama daerah.

“Nama masjid ini tidak meninggalkan identitas. Karena terletak di Cilodong ya sudah namanya Cilodong saja. Kiai memberikan nama untuk pesantrennya kan selalu menggunakan nama daerah. Ada Tebu Ireng, ada Lirboyo, kalau di Purwakarta ada Cipulus, Cikeris dan lainnya. Ini sesuai dengan khittah para kiai,” kata Dedi di kantornya. Tepatnya, di Jalan Raya Bungursari, Cilodong, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, Selasa (18/12).

Selain itu, bagian dalam masjid dihiasi berbagai ukiran khas Jawa Barat. Ukiran tersebut terbuat dari kayu jati pilihan dan sengaja didatangkan dari Gunung Jati Cirebon. Hal ini mengingat penyebaran Islam pertama kali terjadi di daerah timur Jawa Barat tersebut. Secara pribadi, Dedi menerima amanah sebagai Ketua DKM juga merupakan pengamalan dari amanat Sunan Gunung Jati.

“Kanjeng Syaikh (Sunan Gunung Jati) di akhir hidupnya mengatakan titip tajug dan fakir miskin. Ini terus terang saja menjadi spirit saya. Karena itu, selain untuk kegiatan religi, tajug ini ke depan akan digunakan untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Sisa lahan 9 hektar sebentar lagi dibangun area urban farming dan kawasan agrowisata. Saya kira, ini positif ya,” katanya.

Daya Tampung dan Fasilitas Pendukung

Berdasarkan pantauan dan keterangan Dedi, tajug tersebut memiliki dua lantai. Dia mengklaim tajug itu mampu menampung 4 ribu jamaah. Sehingga, dia berani mengatakan bahwa Tajug Gede Cilodong merupakan masjid terbesar di Purwakarta.

“Lantai satu bisa menampung dua ribu jamaah. Lantai dua juga bisa masuk dua ribu jamaah. Tajug Gede ini menjadi masjid terbesar di Purwakarta,” ujarnya.

Terdapat 9 bedug yang siap menjadi penanda waktu masuk shalat di tajug tersebut. Selain itu, 9 muadzin akan mengumandangkan adzan jika waktu shalat sudah tiba.

“Kalau di Masjid Cipta Rasa Cirebon kan ada 7. Nah, di Tajug Gede ini ada 9. Angka itu kan angka tertinggi. Saya berangkat dari kosmologi Wali Sembilan atau Wali Songo. Baik, khatib, muadzin dan imam di sini menggunakan pakaian khas Sunda,” ucapnya.

Ikhtiar Dedi sebagai Ketua DKM tidak berhenti sampai di situ. Selain mengusahakan kesehatan batin warga masyarakat, dia juga menginginkan terciptanya kesehatan lahir. Sehingga, fasilitas olahraga akan dibangun di sekitar masjid tersebut.

“Sekaligus asramanya kita bangun juga. Anak-anak yang latihan itu nanti setiap maghrib sampai isya mengaji di sini,” katanya.

Laporan : ROEDSINFO

Print Friendly, PDF & Email
banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *