Pewarta : SAHRUDIN KAMBUNGU | Editor : RYAN S KAHMAN
“Gorontalo merupakan salah satu daerah dengan beban ganda permasalahan gizi yang terdiri dari undernutrition, overweight, obesitas, dan defisiensi mikronutrien”
GORONTALO | PENJABAT Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya saat memaparkan isu dan permasalahan pembangunan pada peserta didik Sespimti Dikreg ke-32 Tahun 2023 dalam rangka kegiatan Praktik Kerja dalam negeri (PKDN) Pokjar X Wilayah Provinsi Gorontalo, di Aula Dulohupa, Kantor Gubernuran, Selasa 25 Juli 2023.
Beberapa isu dan permasalah yang dipaparkan diantaranya kondisi kemiskinan ekstrem dan beban ganda permasalahan gizi.
“Kemisikinan di Gorontalo itu, komoditi terbesar yang sangat berpengaruh adalah beras, itu nomor satu. Jadi kalau kita kena dampak elnino khususnya pada beras, kemungkinan angka kemiskinan Gorontalo itu bisa naik lagi,” ungkap Ismail.
Penjagub Ismail menjelaskan presentase penduduk miskin ekstrem mengalami penurunan 0,38 persen dari tahun 2021 atau mencapai 4,28 persen di tahun 2022. Sementara Kabupaten Gorontalo merupakan daerah dengan kemiskinan ekstrem tertinggi dengan angka sebesar 6,92 persen, dan Kota Gorontalo menjadi daerah dengan kemiskinan ekstrem terendah pada angka sebesar 0,47 persen.
BACA JUGA : Pembangunan Zona Integritas sebagai Media Wujudkan Sumedang Simpati
Selanjutnya, ia menjelaskan Gorontalo merupakan salah satu daerah dengan beban ganda permasalahan gizi yang terdiri dari undernutrition, overweight, obesitas, dan defisiensi mikronutrien.
Termasuk tengkes dengan prevalensi balita pada yang terus menurun, tetapi angkanya masih tinggi. Sementara prevalensi obesitas pada usia dewasa (>18 tahun) semakin meningkat dan target 2024 diharapkan tidak meningkat dari 21,8 persen.
Berikut, persentase keluhan kesehatan tertinggi Provinsi Gorontalo yang mengalami kenaikan sebesar 4,79 persen jika dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 31,06 persen.
Hal ini menjadikan Gorontalo sebagai provinsi dengan keluhan kesehatan tertinggi ke-2 secara nasional dengan angka mencapai 35,85 persen.
“Saya juga baru tau kalau ada indikator keluhan kesehatan. Ini aneh, padahal kita termasuk provinsi dengan indeks kebahagiaan tertinggi. Kita sudah miskin, banyak mengeluh, tapi bahagia,” gurau Ismail. ***