Scrool Untuk Membaca
banner 325x300
banner 970x250
Politik

‘Toto Suripto’ TB. Hasanuddin Sosok Yang Energik Dan Pintar, Anton Sarat Dengan Pengalaman

14
×

‘Toto Suripto’ TB. Hasanuddin Sosok Yang Energik Dan Pintar, Anton Sarat Dengan Pengalaman

Sebarkan artikel ini
banner 300x250

KARAWANG, SINFONEWS.COM

Tubagus Hasanuddin maju dalam petarungan dalam Pilkada Jabar 2018 setelah diusung resmi oleh PDI Perjuangan, berpasangan dengan Anton Charliyan sosok mantan Kapolda Jabar.

Pasangan yang diusung PDI Perjuangan ini telah resmi mendaftarkan ke KPU Jabar pada 10 Januari 2018 lalu, dengan diantar simpatisan dan kader PDI Perjuangan se Jawa Barat.

Siapa sebenarnya TB. Hasanuddin dan Anton Charliyan yang membuat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati tertarik sehingga menyandingkannya untuk maju pada perhelatan Pilkada Jabar 2018.

Menurut Ketua DPRD Kab. Karawang yang merupakan kader terbaik PDIP Karawang mengatakan menyatakan pilihan partainya mengusung TB Hasanudin dan Anton Charliyan sudah realistis secara politik. Kedua sosok tersebut, kata dia, memiliki pengaruh yang besar di Jawa Barat.

“TB Hasanudin itu Ketua DPD [PDIP] dan Anton mantan Kapolda Jabar. Keduanya sangat tahu Jabar dan punya pengaruh,” kata Toto Suripto, kepada Sinfonews.com. Senen (15/01)

Tubagus Hasanuddin atau akrab disapa TB Hasanuddin, adalah putra Majalengka, kelahiran 8 September 1952, anak kelima dari sembilan bersaudara pasangan Sutisna dengan Juansih itu berasal dari Banten. Seorang  mantan perwira tinggi TNI AD. Pangkat terakhirnya adalah mayor jenderal. Setelah menjadi purnawirawan, ia lebih dikenal sebagai anggota DPR RI Komisi I.

Anak seorang seorang kepala desa, yang tidak dimanja, dengan didikan untuk disiplin dan bekerja keras. Setiap pulang sekolah diwajibkan ayahnya untuk menyambit rumput dan menggembala domba.

Sikap disiplin dan kerja keras yang ditanamkan orangtuanya itu membentuk Hasanuddin menjadi karakter yang enerjik dan pintar. Tak mengherankan jika semasa sekolahnya, ia dikenal sebagai murid yang cerdas. Awalnya TB. Hasanuddin kecil bercita-cita menjadi seorang dokter, ketika lulus SMA melanjutkan studi kedokteran. Namun kakak ipar Hasanuddin berpandangan lain. Hasanuddin disarankan masuk tantara. Atas saran Kakak iparnya Hasanuddin pun akhirnya masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Magelang 1975.

Berita Lainnya :  Arifin, ST : Hanura Karawang All Out Menangkan Pasangan Ganjar-Mahfud

Suami dari Eka Eviolina, Dia ditempatkan di Batalyon di KODAM Siliwangi Jawa Barat. Ia juga tercatat pernah menjadi instruktur dan pengajar militer. Sementara Pendidikan militer lain yang pernah ia tempuh antara lain Susarcab, Dikpa, Suslapa, Seskoad di Bandung, Sesko di Prancis, dan Lemhanas pada 2001.

Selama berkarier di militer, Hasanuddin pernah masuk lingkaran istana dengan menjadi ajudan satu wakil presiden, dan empat presiden. Pada 1995, Hasanuddin menjadi ajudan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno. Setelah itu, ia menjadi ajudan Presiden Indonesia ke-3, BJ Habibie.

Jabatan itu kemudian berlanjut hingga era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Baru ketika Megawati terpilih sebagai presiden RI, Hasanuddin kemudian diangkat menjadi Sekretaris Militer. Jabatan itu diembannya sampai tahun pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sementara itu pendamping dari TB. Hasanuddin, Anton Charliyan mulai dikenal luas ketika memangku jabatan Kepala Divisi Humas Polri. Namanya semakin bersinar ketika ia ditunjuk sebagai Kapolda Jabar. Awal karier Anton di kepolisian banyak ditugaskan di lingkungan reserse. Ia pernah ikut mengusut kasus pembunuhan Marsinah, buruh yang tewas di Surabaya, Jawa Timur tahun 2000.

Pria kelahiran Tasikmalaya, 29 November 1960 itu ditunjuk sebagai Kapolres Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Karena pengalamannya direserse membuatnya ditarik ke Polda Metro Jaya. Ia ditugaskan menjadi Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Saat itu, ia kembali mengusut kasus pembunuhan aktivis, kali ini kasus Munir.

Berita Lainnya :  KPU Karawang Gelar Kirab dan Deklarasi Pemilu Damai Tahun 2024

Karier Anton di reserse berlanjut hingga ke Mabes Polri. Ia diberi tugas sebagai Kanit III Direktorat I Keamanan dan Kejahatan Transnasional Bareskrim Polri pada tahun 2003 dengan pangkat komisaris besar.

Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1984, dan pernah megikuti pendidikan lain yang pernah ditempuhnya antara lain PTIK (1988), Sespim (1999), Sespati XIII (2007), dan Lemhanas PPSA (2013). Semasa karirnya di Kepolisian Antonsudah menduduki 27 posisi jabatan dan dianugerahi sejumlah tanda jasa. Di antaranya adalah SL. Dwidja Sistha (2014), Bintang Bhayangkara Nararya (2014), dan Bintang Bhayangkara Pratama (2016).

Setelah lama berada di lingkungan penyidikan, Anton Charliyan ditunjuk menjadi Kapolwil Priangan Polda Jabar pada 2008. Setahun berselang, ia ditugaskan sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah. Tahun 2015, Anton kembali ke Mabes Polri menjadi Kadiv Humas. Tugas yang mengharuskannya tampil di muka publik itu mulai mencuatkan nama Anton Charliyan. Dari penugasan sebagai Humas Polri, Anton ditunjuk menjadi Kapolda Sulawesi Selatan. Di sana, ia hanya bertugas selama sembilan bulan.

Kariernya terus menanjak setelah ditugaskan sebagai Kapolda Jabar pada 2016 menggantikan Irjen Bambang Waskito. Sederet kasus yang pernah ia tangani semakin membuat nama Anton Charliyan dikenal luas. (RyaSKa)

banner 1000x300
banner 1000x300